Lensalam
Ada
beragam cara untuk memperingati tahun baru Hijriyah yang jatuh pada tanggal 1
muharam 1435 H tahun ini. Peringatan ini di kemas dengan cara yang
berbeda-beda, tatacara, kegiatan dan unsur-unsur yang dilibatkan. Sebagai
contoh di lembaga pendididkan, peringtan 1 muharam diisi dengan kegiatan bakti
sosial, pemberian santunan, pengajian, atau siraman rohani dan kegaiatan lain.
Sedangkan
dibeberapa desa peringatan muharam juga
di laksanakan dengan cara yang berbeda-beda. Satu hal yang menarik adalah
peringtan itu dijadikan sarana untuk berkumpul bagi warga desa. Mereka memanjatkan
rasa syukur atas rejeki yang di terima selama satu tahun terakhir dan juga
sebagai sarana untuk berdo’a agar desa berikut warganya diberi limpahan rejeki
dan dijauhkan dari balak atau musibah dan bencana.
Pergantian
tahun Hijriyah juga memiliki makna
sebagai ajang instrospeksi diri. Dimana setiap orang perlu melihat lagi dan melakukan
evaluasi terhadap hal-hal yang sudah/sedang dilakukan. Apakah kita termasuk
golongan yang bertindak kreatif (memiliki
daya cipta -KBBI) atau banyak
bertindak reaktif
(bereaksi terhadap segala sesuatu yang muncul-KBBI).
Satu
tahun bagi pribadi kreatif akan diukur dengan seberapa banyak karya atau
prestasi yang telah dihasilkan. Berapa banyak konsep, program dan strategi yang
berhasil dirumuskan guna menghadapi segala risiko dari rencana dan tindakannya.
Sementara
bagi pribadi yang reaktif, satu tahun bisa berlalu begitu saja tanpa menghasilkan
apapun. Mungkin seluruh tenaga, pikiran, waktu sudah dikerahkan. Hingga
meneteskan keringat, air mata, bahkan mungkin juga darah. Namun ketika itu
dilakukan hanya untuk bereaksi saja terhadap segala sesuatu yang terjadi
sesaat, maka jika berhasilpun dampaknya akan terasa sesaat saja.
Tulisan
ini tidak dalam rangka membandingkan kreatif dan reaktif dari sisi baik dan
buruknya. Namun kedua hal tersebut nyata adanya. Keduanya ada dalam diri kita.
Keduanya “siap” dipimpin, dibangkitkan, dibesarkan, dikurangi bahkan
dihilangkan, sesuai dengan rencana dan tindakan kita.
Tahun
baru Hijriyah juga bisa dijadikan setiap orang untuk menancapkan “tonggak”
berupa rencana kreatif untuk setahun mendatang.
Jika
pada awal tahun kita berhasil membuat rencana, maka segala bentuk tindakan dalam
satu tahun akan meniti jalur yang sudah direncanakan. Akan sangat mudah bagi
setiap orang untuk mengevaluasi jika terjadi deviasi (penyimpangan) tindakan.
Meminjam
istilah yang sering digunakan oleh para motivator hebat, “Jika Anda gagal
merencanakan sama halnya Anda sedang merencanakan sebuah Kegagalan”.
Istilah itu benar adanya, jika rencana dibuat secara KREATIF bukan REAKTIF.
Pada
edisi 8 Tabloid Lensa Wirausaha akan
mengangkat peluang budidaya tanaman bengkuang. Sekalipun nilai ekonomis
bengkuang tidak setinggi komoditas lain, namun bengkuang memiliki kandungan
penting bagi kesehatan dan kecantikan. Jika kedua hal ini dipadukan maka umbi
bengkuang tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan buah/umbi yang dikonsumsi saja
namun bisa memenuhi kebutuhan industri.
Rubrik
lain yang kami sajikan adalah budidaya cabai merah keriting. Budidaya tanaman
ini merupakan usaha yang menjanjikan. Memang sebagian masyarakat yang
menganggap bahwa budidaya cabai syarat dengan unsur spekulatif.
Ya
spekulasi (tindakan yg
bersifat untung-untungan), jika usaha budidaya yang dilakukan tanpa memiliki
perencanaan yang matang, tanpa didukung sumberdaya manusia yang memadai, tanpa
melihat prospek dan peluang.
Namun
jika budidaya tersebut dilakukan dengan perencanaam matang, SDM yang memadai
dan mau menjalankan, di tambah dan faktor-faktor lain yang mendukung maka tidak
disebut bahwa usaha budidaya tersebut adalah spekulasi.
Pada
rubrik lain Tabloid Lensa Wirausaha juga akan menghadirkan beberapa pelaku
usaha yang didalamnya menceritakan riwayat perjalanan usahanya. Semua pelaku
usaha memiliki semangat belajar yang tinggi. Siapapun bisa memiliki kesempatan
mengembangkan diri, apapun usahanya dan dimanapun anda sedang atau akan
menjalankan wirausaha. Jika selama proses belajar kita menghadapi kendala, sama
halnya itu adalah ujian.
Jika
kita ingat masa sekolah di sana seorang siswa di wajibkan mengejakan pekerjaan rumah(PR) lalu di
berikan materi-materi yang nanti akan di ujikan melalui ulangan harian, mid semester,
ujian semester, hingga Ujian Nasional semua harus di tempuh untuk menguji
apakah seorang siswa akan layak lulus
dari satu jenjang ke jenjang berikutnya yang lebih tinggi.
Pada
bagian yang sama seorang wirausahapun demikian , manakala seorang wirausaha
juga menerapkan proses belajar pada kegiatan wirausahanya maka iapun berhadapan
dengan adannya pekerjaan rumah yang
harus ia kerjakan dari waktu ke waktu. Jika
kapasitas usahannya sedang menanjak maka ia harus melalui beragam ujian.
Ujian
bisa di kenali dari naik turunya omset, ini yang biasa nya terkait dengan naik
turunya semangat pelaku usaha. Kemudian besar kecilnya rencana usaha, adanya
konsep-konsep baru dalam usaha itu semua jenjang itu yang bisa di jadikan tolak
ukur apakah usaha anda akan bergerak
maju atau diam ditempat atau akan terancam “jatuh ke jurang”.
Di
depan kita selalu ada peluang dan kesempatan, yang membutuhakan keterampilan
anda untuk meramunya dengan rencana kreatif menjadi sebuah hasil.
Selamat
membaca dan Selamat Tahun Baru 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar