Senin, 02 Desember 2013

Tabloid LENSA Wirausaha edisi #08


Lensalam
Ada beragam cara untuk memperingati tahun baru Hijriyah yang jatuh pada tanggal 1 muharam 1435 H tahun ini. Peringatan ini di kemas dengan cara yang berbeda-beda, tatacara, kegiatan dan unsur-unsur yang dilibatkan. Sebagai contoh di lembaga pendididkan, peringtan 1 muharam diisi dengan kegiatan bakti sosial, pemberian santunan, pengajian, atau siraman rohani dan kegaiatan lain.
Sedangkan dibeberapa desa peringatan muharam juga  di laksanakan dengan cara yang berbeda-beda. Satu hal yang menarik adalah peringtan itu dijadikan sarana untuk berkumpul bagi warga desa. Mereka memanjatkan rasa syukur atas rejeki yang di terima selama satu tahun terakhir dan juga sebagai sarana untuk berdo’a agar desa berikut warganya diberi limpahan rejeki dan dijauhkan dari balak atau musibah dan bencana.
Pergantian tahun Hijriyah juga memiliki  makna sebagai ajang instrospeksi diri. Dimana setiap orang perlu melihat lagi dan melakukan evaluasi terhadap hal-hal yang sudah/sedang dilakukan. Apakah kita termasuk golongan yang bertindak kreatif (memiliki daya cipta -KBBI) atau banyak bertindak reaktif (bereaksi terhadap segala sesuatu yang muncul-KBBI).
Satu tahun bagi pribadi kreatif akan diukur dengan seberapa banyak karya atau prestasi yang telah dihasilkan. Berapa banyak konsep, program dan strategi yang berhasil dirumuskan guna menghadapi segala risiko dari rencana dan tindakannya.
Sementara bagi pribadi yang reaktif, satu tahun bisa berlalu begitu saja tanpa menghasilkan apapun. Mungkin seluruh tenaga, pikiran, waktu sudah dikerahkan. Hingga meneteskan keringat, air mata, bahkan mungkin juga darah. Namun ketika itu dilakukan hanya untuk bereaksi saja terhadap segala sesuatu yang terjadi sesaat, maka jika berhasilpun dampaknya akan terasa sesaat saja.
Tulisan ini tidak dalam rangka membandingkan kreatif dan reaktif dari sisi baik dan buruknya. Namun kedua hal tersebut nyata adanya. Keduanya ada dalam diri kita. Keduanya “siap” dipimpin, dibangkitkan, dibesarkan, dikurangi bahkan dihilangkan, sesuai dengan rencana dan tindakan kita.
Tahun baru Hijriyah juga bisa dijadikan setiap orang untuk menancapkan “tonggak” berupa rencana kreatif untuk setahun mendatang.
Jika pada awal tahun kita berhasil membuat rencana, maka segala bentuk tindakan dalam satu tahun akan meniti jalur yang sudah direncanakan. Akan sangat mudah bagi setiap orang untuk mengevaluasi jika terjadi deviasi (penyimpangan) tindakan.
Meminjam istilah yang sering digunakan oleh para motivator hebat, “Jika Anda gagal merencanakan sama halnya Anda sedang merencanakan sebuah Kegagalan”. Istilah itu benar adanya, jika rencana dibuat secara KREATIF bukan REAKTIF.
Pada edisi 8 Tabloid Lensa Wirausaha  akan mengangkat peluang budidaya tanaman bengkuang. Sekalipun nilai ekonomis bengkuang tidak setinggi komoditas lain, namun bengkuang memiliki kandungan penting bagi kesehatan dan kecantikan. Jika kedua hal ini dipadukan maka umbi bengkuang tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan buah/umbi yang dikonsumsi saja namun bisa memenuhi kebutuhan industri.
Rubrik lain yang kami sajikan adalah budidaya cabai merah keriting. Budidaya tanaman ini merupakan usaha yang menjanjikan. Memang sebagian masyarakat yang menganggap bahwa budidaya cabai syarat dengan unsur spekulatif.
Ya spekulasi (tindakan yg bersifat untung-untungan), jika usaha budidaya yang dilakukan tanpa memiliki perencanaan yang matang, tanpa didukung sumberdaya manusia yang memadai, tanpa melihat prospek dan peluang.
Namun jika budidaya tersebut dilakukan dengan perencanaam matang, SDM yang memadai dan mau menjalankan, di tambah dan faktor-faktor lain yang mendukung maka tidak disebut bahwa usaha budidaya tersebut adalah spekulasi.
Pada rubrik lain Tabloid Lensa Wirausaha juga akan menghadirkan beberapa pelaku usaha yang didalamnya menceritakan riwayat perjalanan usahanya. Semua pelaku usaha memiliki semangat belajar yang tinggi. Siapapun bisa memiliki kesempatan mengembangkan diri, apapun usahanya dan dimanapun anda sedang atau akan menjalankan wirausaha. Jika selama proses belajar kita menghadapi kendala, sama halnya itu adalah ujian.
Jika kita ingat masa sekolah di sana seorang siswa di wajibkan  mengejakan pekerjaan rumah(PR) lalu di berikan materi-materi yang nanti akan di ujikan melalui ulangan harian, mid semester, ujian semester, hingga Ujian Nasional semua harus di tempuh untuk menguji apakah seorang siswa akan layak  lulus dari satu jenjang ke jenjang berikutnya yang lebih tinggi.
Pada bagian yang sama seorang wirausahapun demikian , manakala seorang wirausaha juga menerapkan proses belajar pada kegiatan wirausahanya maka iapun berhadapan dengan adannya  pekerjaan rumah yang harus ia kerjakan dari waktu ke waktu.  Jika kapasitas usahannya sedang menanjak maka ia harus melalui beragam ujian.
Ujian bisa di kenali dari naik turunya omset, ini yang biasa nya terkait dengan naik turunya semangat pelaku usaha. Kemudian besar kecilnya rencana usaha, adanya konsep-konsep baru dalam usaha itu semua jenjang itu yang bisa di jadikan tolak ukur  apakah usaha anda akan bergerak maju atau diam ditempat atau akan terancam “jatuh ke jurang”.
Di depan kita selalu ada peluang dan kesempatan, yang membutuhakan keterampilan anda untuk meramunya dengan rencana kreatif menjadi sebuah hasil.
Selamat  membaca dan Selamat Tahun Baru 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar