Sabtu, 01 Maret 2014

Tugino (Camat Way Bungur) "Berfikir Kritis Teradap Lahan Kritis"


LENSA-  Lampung Timur - Menjalani aktifitas sebagai Camat bukanlah hal mudah. Aktifitasnya sehari-hari yang sangat padat membuat Tugino (52th), Camat Way Bungur selalu sibuk. Tidak hanya urusan-urusan rutin dikantornya, Tugino juga melakukan kunjungan kedesa-desa diwilayah Kecamatn Way Bungur.
Lelaki kelahiran Tabah Dadi Purbolinggo Lampung Timur ini selain purduli terhadap masyarakat di Kecamatan Way Bungur yang dipimpin ia juga sangat memperhatikan keadaan perekonomian  masyarakatnya. Way Bungur merupakan Kecamatan yang 95 % penduduknya adalah petani.

Gemar Berkebun
Tak hanya itu ia juga sangat gemar berkebun. Selain berfikir kritis terhadap desa dan seluruh perangkatnya, Tugino juga sosok yang kritis terhadap lahan yang berada disekitar kantor Kecamatan. Selama ini lahan hanya dibiarkan ditumbuhi rumput-rumput liar. Upayanya untuk menjadikan lahan  tidur yang ada dibelakang kantor Kecamatan Way Bungur agar lebih mengahasilkan nilai ekonomis ialah dengan menanami singkong Mukibat. “Jika saya biarkan lahan tidur ini hanya akan ditumbuhi rerumputan, agar lebih bermanfaat  saya tanami singkong sambung. Alhamdulilah hasilnya luar biasa”, ungkapnya dengan senyum.
Budidaya singkong Mukibat atau yang lebih dikenal singkong sambung ini memiliki potensi hasil yang menjanjikan. Tugino telah membuktikan dengan lahan seluas 600 m2 (dengan populasi 300 batang singkong) mampu menghasilkan 4 ton umbi singkong dengan umur tanam 1 tahun. Jika dibandingkan dengan singkong biasa dengan lahan yang sama hanya mampu menghasilkan buah berkisar 7 kwintal. Dengan harga jual sama dengan singkong biasa.  Perbandingan yang sangat signifikan, singkong biasa mempu menghasilkan 4 ton rata-rata dengan luas lahan ¼ Hektar, tutur Camat yang penuh kesederhaan ini.
Menurut suami Supriyati (52th), budidaya singkong mukibat ia lakukan dalam beberapa proses. Dimulai dari penyambungan bibit singkong biasa dengan singkong karet. Bibit singkong sambung ini tidak dapat langsung ditanam melainkan harus menunggu hingga batang benar-benar siap untuk ditanam. Berkisar 15 hari batang singkong mulai memiliki tunas dan siap ditanam. “ untuk menjaga agar  bibit tidak rusak, dari proses penyambungan hingga tanam itu harus ada jeda. Menunggu hingga sambungan kokoh supaya jika ditanam tidak mudah patah terkena angin”, imbuhnya.
Proses penanamannya juga berbeda dengan tanaman singkong pada umumnya. Lahan dibentuk seperti gundukan atau bedengan dengan jarak antar bedeng 2 meter. Jarak tanam antar singkong 1,5 meter. Pada saat awal penanaman, bibit singkong ini harus diberi kayu penyangga dengan tujuan untuk nenopang sambungan agar lebih kokoh.
Kelebihan Singkong Mukibat
Kelebihan singkong ini juga terdapat pada kandungan aci yang lebih tinggi. Bibit singkong sambung dapat ditanam 3 hingga 4 kali tanam. Budidaya singkong ini juga tidak memerlukan banyak pupuk. “ saya biasa menggunakan 2 ember pupuk organik dan kotoran ayam jika penanaman pertama. 3 ember untuk penanaman kedua dan seterusnya hingga batang tidak lagi dapat digunakan, karena semakin besar batang singkong, semakin banyak pula pupuk yang dibutuhkan” ungkapnya.
Tugino juga membuka diri bagi siapa saja yang ingin belajar membudidayakan singkong mukibat ini. Baginya ilmu yang ia punya akan lebih bermanfaat jika dapat ditularkan kepada orang-orang disekitarnya yang membutuhkan. Apalagi jika peluang ini meningkatkan produktifitas lahan dan pengahasilan masyarakat.
Tugino juga berpesan kepada masyarakat agar jeli melihat dan membaca situasi sekitar. Menurutnya pemanfaatan lahan yang efektif akan banyak membeikan manfaat, karena walaupun hanya sejengkal tanah tetapi dapat memanfaatkan dengan baik maka akan meberikan nilai ekonomis yang lebih tinggi.
Tak hanya itu, diluar jam tugasnya Tugino juga menggarap sawahnya sendiri. Ketika ditanya kenapa ia sangat hoby bertani, “ saya dilahirkan dari keluarga petani, dibesarkan oleh orang tua seorang petani, yang sejajar dengan masyarakat. Jadi tidak ada salahnya jika saya tetap menjadi petani diluar jam tugas saya. Karena sektor pertanian adalah saka guru perekonomian Negara”, ungkapnya.
Ayah dua anak ini juga tidak pernah sungkan atau ragu untuk ikut serta gotong royong bersama warga sekitar. Terbukti pada hari sabtu tanggal 1 Februari 2014 ia juga terjun langsung bersama warga untuk membersihkan jalan. “saya tidak mau menggunakan kekuasaan saya untuk memerintah warga dengan sistim telunjuk, saya lebih suka mengerjakannya bersama-sama, itung-itung sambil olahraga”, pungkasnya. (Anna)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar