Lampung Timur - Seperti yang kita ketahui bahwa khitah setiap manusia adalah menjalani kehidupannya dengan belajar. Sejak bayi manusia tumbuh dan berkembang melewati pelajaran-pelajaran. Kita hidup dengan contoh-contoh, kita berbicara karena mendengar orang lain berbicara, kita tertawa karena pernah mendengar dan melihat bagaimana orang tertawa, kita makan juga demikian karena pernah melihat cara orang makan.
Ada ribuan aktivitas lain yang semua harus dikuasai dengan cara belajar. Itulah kita sebagai manusia. Bagaimana dengan wirausaha yang notabenya bukanlah sebuah profesi yang diwariskan atau bakat bawaan lahir ? Kita semua tidak memiliki bakat dari lahir untuk menjadi seorang wirausaha yang hebat, tetapi kita punya kesamaan peluang untuk menjadi seorang wirausahawan yang sukses. Semua itu tergantung bagaimana kita menempa diri kita dengan belajar tentang wirausaha, belajar tentang bagaimana agar usaha kita menuai kesuksesan.
Tidak banyak syarat untuk belajar menjadi seorang wirausaha, hanya butuh kemauan dan keinginan belajar terus menerus. Demikian juga dengan menjalani usaha secara teknis tidak membutuhkan persyaratan yang bertele-tele. Usaha menyaratkan satu hal yaitu learning “belajar”. Bagi umat muslim ada hadist yang justru menganjurkan seorang menusia itu belajar sejak dalam buaian hingga liang lahat, dalam arti waktu belajar itu dianjurkan disepanjang hidupnya, bukan lagi belajar dengan jam dan hari tertentu saja seperti ketika kita berada dijenjang pendidikan formal. Namun belajarlah sepanjang waktu.
Hal yang sangat mendasar ini tentu menjadi catatan buat kita semua bahwa kita dianggap “sedang hidup” jika memang waktu hidup kita diisi dengan belajar dan terus belajar. Anak kecil yang sedang belajar berjalan tentu pernah tersungkur, pernah tersandung, pernah luka juga pernah menangis karena luka-lukanya itu. Tetapi seorang anak kecil tidak pernah menyerah untuk terus berusaha agar bisa berjalan dengan lancar. Dan belajarnya berbuah saat ini ketika ia bisa berjalan dengan lancar.
Seorang wirausahapun demikian, pernah tersandung masalah, tersungkur, jatuh kemudian berusaha lagi dan lagi. Seorang wirausaha yang sukses tidak pernah memandang bahwa jatuh bangun itu adalah suatu masalah, yang menjadi masalah itu adalah jika ketika jatuh tetapi tidak bangun lagi itu baru masalah. Persoalan kejatuhan dan apapun rintangan bagi seorang wirausahawan adalah dinamika yang mewarnai dalam setiap langkah dalam menjalankan usaha.
Seorang wirausahawan sadar sekali terhadap resiko suatu wujud penyadaran bahwa jatuh bangun itu biasa dalam menjalani usaha. Ada dua resiko yang erat mengiringi setiap perjalanan seorang wirausahawan yaitu gagal dan berhasil. Jika selama ini banyak menafsirkan resiko itu adalah kegagalan, sebetulnya keberhasilan adalah sebuah resiko yang harus diterima dari sebuah usaha.
Jika kedua hal (berhasil dan gagal) adalah sebuah resiko dan itu disadari oleh setiap pelaku usaha maka seorang wirausaha dapat melihat kedua resiko itu secara seimbang. Jika kita dapat melihat keduanya secara seimbang disitulah letak bahwa kita adalah seorang pembelajar.
Pada edisi ini kami akan mengupas mengenai potensi kerajinan batu mulia (masyarakat lebih sering menyebut batu akik). Kerajinan ini memiliki potensi untuk dikembangkan dan untuk meningkatkan nilai ekonomi batuan yang berasal dari Lampung.
Pada bagian lain kami juga menghadirkan geliat usaha mikro kecil diberbagai bidang seperti: kerajinan sangkar burung, kerajinan cobek, pembuatan pupuk organik dan lain-lain.
Kami juga menyuguhkan informasi seputar lomba desa/kampung sebagai bahan refleksi bagi masyarakat dan pemerintah. Akhirnya segenap tim redaksi mengucapkan selamat membaca tabloid edisi ini. Selamat Berkarya.
Ada ribuan aktivitas lain yang semua harus dikuasai dengan cara belajar. Itulah kita sebagai manusia. Bagaimana dengan wirausaha yang notabenya bukanlah sebuah profesi yang diwariskan atau bakat bawaan lahir ? Kita semua tidak memiliki bakat dari lahir untuk menjadi seorang wirausaha yang hebat, tetapi kita punya kesamaan peluang untuk menjadi seorang wirausahawan yang sukses. Semua itu tergantung bagaimana kita menempa diri kita dengan belajar tentang wirausaha, belajar tentang bagaimana agar usaha kita menuai kesuksesan.
Tidak banyak syarat untuk belajar menjadi seorang wirausaha, hanya butuh kemauan dan keinginan belajar terus menerus. Demikian juga dengan menjalani usaha secara teknis tidak membutuhkan persyaratan yang bertele-tele. Usaha menyaratkan satu hal yaitu learning “belajar”. Bagi umat muslim ada hadist yang justru menganjurkan seorang menusia itu belajar sejak dalam buaian hingga liang lahat, dalam arti waktu belajar itu dianjurkan disepanjang hidupnya, bukan lagi belajar dengan jam dan hari tertentu saja seperti ketika kita berada dijenjang pendidikan formal. Namun belajarlah sepanjang waktu.
Hal yang sangat mendasar ini tentu menjadi catatan buat kita semua bahwa kita dianggap “sedang hidup” jika memang waktu hidup kita diisi dengan belajar dan terus belajar. Anak kecil yang sedang belajar berjalan tentu pernah tersungkur, pernah tersandung, pernah luka juga pernah menangis karena luka-lukanya itu. Tetapi seorang anak kecil tidak pernah menyerah untuk terus berusaha agar bisa berjalan dengan lancar. Dan belajarnya berbuah saat ini ketika ia bisa berjalan dengan lancar.
Seorang wirausahapun demikian, pernah tersandung masalah, tersungkur, jatuh kemudian berusaha lagi dan lagi. Seorang wirausaha yang sukses tidak pernah memandang bahwa jatuh bangun itu adalah suatu masalah, yang menjadi masalah itu adalah jika ketika jatuh tetapi tidak bangun lagi itu baru masalah. Persoalan kejatuhan dan apapun rintangan bagi seorang wirausahawan adalah dinamika yang mewarnai dalam setiap langkah dalam menjalankan usaha.
Seorang wirausahawan sadar sekali terhadap resiko suatu wujud penyadaran bahwa jatuh bangun itu biasa dalam menjalani usaha. Ada dua resiko yang erat mengiringi setiap perjalanan seorang wirausahawan yaitu gagal dan berhasil. Jika selama ini banyak menafsirkan resiko itu adalah kegagalan, sebetulnya keberhasilan adalah sebuah resiko yang harus diterima dari sebuah usaha.
Jika kedua hal (berhasil dan gagal) adalah sebuah resiko dan itu disadari oleh setiap pelaku usaha maka seorang wirausaha dapat melihat kedua resiko itu secara seimbang. Jika kita dapat melihat keduanya secara seimbang disitulah letak bahwa kita adalah seorang pembelajar.
Pada edisi ini kami akan mengupas mengenai potensi kerajinan batu mulia (masyarakat lebih sering menyebut batu akik). Kerajinan ini memiliki potensi untuk dikembangkan dan untuk meningkatkan nilai ekonomi batuan yang berasal dari Lampung.
Pada bagian lain kami juga menghadirkan geliat usaha mikro kecil diberbagai bidang seperti: kerajinan sangkar burung, kerajinan cobek, pembuatan pupuk organik dan lain-lain.
Kami juga menyuguhkan informasi seputar lomba desa/kampung sebagai bahan refleksi bagi masyarakat dan pemerintah. Akhirnya segenap tim redaksi mengucapkan selamat membaca tabloid edisi ini. Selamat Berkarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar