Sebagai karyawan di PTPN 7 Tulung Balak ia mengembangkan
usaha sendiri untuk menampung madu hasil perolehan dari warga sekitarnya. Dalam
menjalankan usahanya selain menjadi penampung madu hasil alam, Agus juga melakukan serangkain proses sehingga
madu tersebut bisa dipasarkan. Madu yang dihasilkan dipisah menjadi tiga jenis
yang dibedakan dari warna dan rasanya.
Menurut Agus secara umum madu yang dihasilkan memiliki rasa
manis. Selain itu dari satu sarang lebah juga didapatkan hasil madu yang
memiliki rasa pahit. Inilah yang menjadi salah satu rasa unggulan dimana selama
ini masyarakat hanya mengenal madu dengan rasa manisnya tetapi madu yang
dihasilkannya memiliki keunggulan yaitu berasa pahit.
Jenis lain yang juga dihasilkan yaitu madu hitam atau biasa
disebut oleh warga setempat dengan nama Lanceng. Perbedaan rasa dan warna ini dipengaruhi oleh
jenis bunga yang dihisap oleh lebah dimana bunga-bunga tertentu dari pepohonan
akan menghasilkan madu yang berasa manis. Begitu juga bunga-bunga tertentu
seperti bunga pule menghasilkan madu yang berasa pahit.
Madu hitam sendiri dihasilkan dari jenis tawon atau lebah
tertentu. Ketiga jenis madu inipun
dipengaruhi oleh musim bunga dari pepohonan yang berada disekitar koloni lebah
tersebut.
Saat ini Agus dapat memproduksi rata-rata 250 kg sampai 300
kg madu per bulan. Dengan Wilayah pemasaran lokal, Way Kanan, Regional di
sekitaran Provinsi Lampung, dan Provinsi-provinsi lain seperti Sumatera Utara (khususnya Medan) hingga ke
Bali.
Menurut pengakuan Agus beberapa waktu lalu PT. Air Mancur di
Solo juga pernah meminta madu hasil olahanya. Saat ini ia mengandalkan pasokan
dari beberapa kelompok yang mencari madu yang berasal dari berbagai Wilayah di
Kabupaten Way Kanan dan Lampung Barat.
Kerjasama Apik Dengan LKKNU Way Kanan
Dalam mendistribusikan madu kemasyarakat selama ini Agus
mengandalkan cara jual ke keberapa pihak yang mau menjualkan seperti Rumah
Makan, Apotik, dan lain-lain. Cara ini ia lakukan sendiri. Dalam
perkembangannya LKKNU yang merupakan singkatan dari Lembaga Kemaslahatan
Keluarga Nahdatul Ulama menangkap peluang ini.
Menurut Demsy Presanov, S.IP. sebagai ketua LKKNU Way Kanan
potensi produksi madu alam ini ternyata cukup besar . Tidak hanya dalam hal
pasar saja tapi sebagai sebuah trobosan untuk meningkatkan penghasilan warga.
Oleh karena itu melalui Organisasi yang berada dibawah pengurus cabang Nahdatul
Ulama Kabupaten Way Kanan, kemudian ia ramu potensi madu alam ini dan akan
dikembangkan sistim pemasarannya melalui Organisasi LKKNU dengan tujuan untuk
melayani kebutuhan warga NU di Kabupatan Way Kanan.
Hal ini dibenarkan oleh Mustajab, S.Pd sebagai wakil ketua
PCNU Way Kanan bahwa selama ini warga NU memiliki kebutuhan madu yang cukup
tinggi. Melihat kebutuhan ini secara organisasi dan kelembagaan ia membentuk
wadah yang bernama LKKNU. Dalam rangka mengemban fungsi laznah atau fungsi
organisasi dalam rangka pemberdayaan ekonomi umat.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh KH. Nur Huda, S.Pdi
selaku ketua PCNU Way Kanan yang melihat lebih luas bahwa ekonomi kerakyatan
dalam hal ini warga Nahdatul Ulama perlu mendapat wadah yang bisa digunakan
untuk memfasilitasi sekaligus mencari trobosan-trobosan yang turut
memberdayakan ekonomi umat.
Keberadaan madu alam ini juga bisa menjadi sebuah langkah
penting dalam rangka mengoptimalkan fungsi organisasi Nu di Kabupaten Way
Kanan.
Sinergi antara potensi ekonomi lokal dan organisasi
keagamaan yang dikembangkan memiliki peranan penting karena NU selain menjadi
organisasi terbesar dalam arti memiliki jumlah umat terbesar perlu melakukan
strategi-strategi termasuk hal penting lain yang disampaikan oleh Mustajab
adalah “ bahwa Nahdatul Ulama sebagai organisasi terbesar itu mengusung politik
kebangsaan dan politik kerakyatan oleh karena itu melalui beberapa metode
perjuangan NU selalu membuat terobosan-terobosan penting dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya warga NU dan seluruh warga
masyarakat secara umum”.
Menurut Demsy Presanov, S. IP LKK sedang melakukan eksplorasi potensi
pengembangan Agro Bisnis, Home Industri, dan potensi-potensi lain yang memiliki
kekuatan untuk mendorong kesejahteraan masyarakat.
Hal yang sama juga diakui oleh Isa Dangga sebagai wakil
bendahara PCNU Way Kanan. Menurutnya potensi-potensi ini harus kita dorong
melalui organisasi NU tidak saja pada sisi produksi tetapi juga menyangkut sisi
pengolahan dan lebih penting adalah sisi pemasaran. Selain itu dengan
mengembangkan dan mengelola potensi-potensi ekonomi ini juga sekaligus menjadi
bukti bahwa organisasi yang ada itu harus menunjukkan bukti independentnya,
baik independent secara kepentigan maupun independent secara keuangan.
“selama ini organisasi-organisasi keagamaan dan
kemasyarakatan lebih banyak mengandalkan bantuan dari pihak lain termasuk dari
pemerintah. Hal ini harus dirubah karena sebetulnya organisasi yang berisi
dengan sumberdaya manusia yang berkualitas bisa memiliki kemampuan untuk
memberdayakan organisasi itu dari sisi keuangan. Salah satu contonya adalah
dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang termasuk membina dan mengelola kegiatan
yang bersifat produktif sehingga memberi dampak langsung pada pelaku kegiatan
atau produksi juga kepada organisasi “, ungkap Isa Dangga.
Madu Sebagai Pilihan
Dalam proses bermitra dengan masyarakat yang mencari dan
mengolah madu, LKKNU mengusung madu ini dengan konsep pemasaran yang lebih dulu
menggunakan Organisasi NU setingkat Kabupaten Way Kanan. Produk yang dihasilkan
akan diberi nama MaduNU atau kependekan dari Madu Nahdatul Ulama. Kemudian
variasi produknya juga akan dibuat dengan merk Mualaf. Nama ini mengandung
makna bahwa sang perintis Agus Astianto ini adalah seorang mualaf yang baru
beberapa tahun memeluk agama Islam. Dua hal ini merupakan hal yang penting
untuk diketahui oleh masyarakat luas menurut Demsi Presanov dimana Nahdatul
Ulama memiliki perhatian terhadap inisiatif dan kegiatan-kegiatan produktif
yang memungkinkan dapat disinergikan dengan organisasi yang ia pimpin.(tim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar