Jumat, 14 Maret 2014

Mengenal MADUNU LKKNU Way Kanan

 Potensi madu yang berasal dari alam ternyata masih memiliki potensi yang sangat besar untuk dimanfaatkan oleh masyarakat. Seperti yang dilakukan Agus Astianto (46 th), warga Desa Kali Papan, Kec. Negeri Agung Kab. Way Kanan. Sejak Tahun 2001 ia melihat bahwa banyak warga yang memiliki keahlian untuk mengambil madu dari pepohonan baik itu yang berada di dalam areal kebun warga ataupun di areal perkebunan karet PTPN 7 Tulung Balak.

Sebagai karyawan di PTPN 7 Tulung Balak ia mengembangkan usaha sendiri untuk menampung madu hasil perolehan dari warga sekitarnya. Dalam menjalankan usahanya selain menjadi penampung madu hasil alam, Agus  juga melakukan serangkain proses sehingga madu tersebut bisa dipasarkan. Madu yang dihasilkan dipisah menjadi tiga jenis yang dibedakan dari warna dan rasanya.
Menurut Agus secara umum madu yang dihasilkan memiliki rasa manis. Selain itu dari satu sarang lebah juga didapatkan hasil madu yang memiliki rasa pahit. Inilah yang menjadi salah satu rasa unggulan dimana selama ini masyarakat hanya mengenal madu dengan rasa manisnya tetapi madu yang dihasilkannya memiliki keunggulan yaitu berasa pahit.
Jenis lain yang juga dihasilkan yaitu madu hitam atau biasa disebut oleh warga setempat dengan nama Lanceng.  Perbedaan rasa dan warna ini dipengaruhi oleh jenis bunga yang dihisap oleh lebah dimana bunga-bunga tertentu dari pepohonan akan menghasilkan madu yang berasa manis. Begitu juga bunga-bunga tertentu seperti bunga pule menghasilkan madu yang berasa pahit.
Madu hitam sendiri dihasilkan dari jenis tawon atau lebah tertentu. Ketiga  jenis madu inipun dipengaruhi oleh musim bunga dari pepohonan yang berada disekitar koloni lebah tersebut.
Saat ini Agus dapat memproduksi rata-rata 250 kg sampai 300 kg madu per bulan. Dengan Wilayah pemasaran lokal, Way Kanan, Regional di sekitaran Provinsi Lampung, dan Provinsi-provinsi lain seperti  Sumatera Utara (khususnya Medan) hingga ke Bali.
Menurut pengakuan Agus beberapa waktu lalu PT. Air Mancur di Solo juga pernah meminta madu hasil olahanya. Saat ini ia mengandalkan pasokan dari beberapa kelompok yang mencari madu yang berasal dari berbagai Wilayah di Kabupaten Way Kanan dan Lampung Barat.
Kerjasama Apik Dengan LKKNU Way Kanan
Dalam mendistribusikan madu kemasyarakat selama ini Agus mengandalkan cara jual ke keberapa pihak yang mau menjualkan seperti Rumah Makan, Apotik, dan lain-lain. Cara ini ia lakukan sendiri. Dalam perkembangannya LKKNU yang merupakan singkatan dari Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdatul Ulama menangkap peluang ini.
Menurut Demsy Presanov, S.IP. sebagai ketua LKKNU Way Kanan potensi produksi madu alam ini ternyata cukup besar . Tidak hanya dalam hal pasar saja tapi sebagai sebuah trobosan untuk meningkatkan penghasilan warga. Oleh karena itu melalui Organisasi yang berada dibawah pengurus cabang Nahdatul Ulama Kabupaten Way Kanan, kemudian ia ramu potensi madu alam ini dan akan dikembangkan sistim pemasarannya melalui Organisasi LKKNU dengan tujuan untuk melayani kebutuhan warga NU di Kabupatan Way Kanan.
Hal ini dibenarkan oleh Mustajab, S.Pd sebagai wakil ketua PCNU Way Kanan bahwa selama ini warga NU memiliki kebutuhan madu yang cukup tinggi. Melihat kebutuhan ini secara organisasi dan kelembagaan ia membentuk wadah yang bernama LKKNU. Dalam rangka mengemban fungsi laznah atau fungsi organisasi dalam rangka pemberdayaan ekonomi umat.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh KH. Nur Huda, S.Pdi selaku ketua PCNU Way Kanan yang melihat lebih luas bahwa ekonomi kerakyatan dalam hal ini warga Nahdatul Ulama perlu mendapat wadah yang bisa digunakan untuk memfasilitasi sekaligus mencari trobosan-trobosan yang turut memberdayakan ekonomi umat.
Keberadaan madu alam ini juga bisa menjadi sebuah langkah penting dalam rangka mengoptimalkan fungsi organisasi Nu di Kabupaten Way Kanan.
Sinergi antara potensi ekonomi lokal dan organisasi keagamaan yang dikembangkan memiliki peranan penting karena NU selain menjadi organisasi terbesar dalam arti memiliki jumlah umat terbesar perlu melakukan strategi-strategi termasuk hal penting lain yang disampaikan oleh Mustajab adalah “ bahwa Nahdatul Ulama sebagai organisasi terbesar itu mengusung politik kebangsaan dan politik kerakyatan oleh karena itu melalui beberapa metode perjuangan NU selalu membuat terobosan-terobosan penting dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya warga NU dan seluruh warga masyarakat secara umum”.
Menurut Demsy Presanov, S. IP  LKK sedang melakukan eksplorasi potensi pengembangan Agro Bisnis, Home Industri, dan potensi-potensi lain yang memiliki kekuatan untuk mendorong kesejahteraan masyarakat.
Hal yang sama juga diakui oleh Isa Dangga sebagai wakil bendahara PCNU Way Kanan. Menurutnya potensi-potensi ini harus kita dorong melalui organisasi NU tidak saja pada sisi produksi tetapi juga menyangkut sisi pengolahan dan lebih penting adalah sisi pemasaran. Selain itu dengan mengembangkan dan mengelola potensi-potensi ekonomi ini juga sekaligus menjadi bukti bahwa organisasi yang ada itu harus menunjukkan bukti independentnya, baik independent secara kepentigan maupun independent secara keuangan.
“selama ini organisasi-organisasi keagamaan dan kemasyarakatan lebih banyak mengandalkan bantuan dari pihak lain termasuk dari pemerintah. Hal ini harus dirubah karena sebetulnya organisasi yang berisi dengan sumberdaya manusia yang berkualitas bisa memiliki kemampuan untuk memberdayakan organisasi itu dari sisi keuangan. Salah satu contonya adalah dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang termasuk membina dan mengelola kegiatan yang bersifat produktif sehingga memberi dampak langsung pada pelaku kegiatan atau produksi juga kepada organisasi “, ungkap Isa Dangga.
Madu Sebagai Pilihan
Dalam proses bermitra dengan masyarakat yang mencari dan mengolah madu, LKKNU mengusung madu ini dengan konsep pemasaran yang lebih dulu menggunakan Organisasi NU setingkat Kabupaten Way Kanan. Produk yang dihasilkan akan diberi nama MaduNU atau kependekan dari Madu Nahdatul Ulama. Kemudian variasi produknya juga akan dibuat dengan merk Mualaf. Nama ini mengandung makna bahwa sang perintis Agus Astianto ini adalah seorang mualaf yang baru beberapa tahun memeluk agama Islam. Dua hal ini merupakan hal yang penting untuk diketahui oleh masyarakat luas menurut Demsi Presanov dimana Nahdatul Ulama memiliki perhatian terhadap inisiatif dan kegiatan-kegiatan produktif yang memungkinkan dapat disinergikan dengan organisasi yang ia pimpin.(tim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar